Tuesday, May 09, 2006

Beras Impor

Sudah lebih dari bilangan dua minggu, di media-media (TV, radio , koran dan majalah) pada ribut-ribut soal beras impor. Bermula dari kebijakan pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan) yang mengimpor beras (yang sepertinya) asal Thailand. Katanya sih untuk mengendalikan harga pasar beras di Indonesia ini.

Masalahnya kemudian timbul karena sebenarnya (menurut yang kontra impor beras) persediaan beras nasional, baik di gudang-gudang Bulog maupun gudang pedagang beras (kalo pedagang beras besar mah artinya pasti lain) lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan pasar hingga musim panen mendatang. Hal lainnya karena dengan melimpah beras di pasaran, otomatis harga beras (terutama beras lokal) terpukul semakin rendah. Padahal harga sekarang (terutama harga jual petani ke pedagang penampung) sudah sangat rendah dan nyaris tidak menutupi biaya produksi petani (bibit, pupuk, insektisida, ongkos panen, ongkos angkut dan lain-lain). Parahnya lagi, ternyata karena musim tanam yang berbeda, di sebagian daerah musim panen justru baru saja atau akan segera tiba. Pastinya, pedagang bakal membeli beras dari petani dengan harga yang jauuuuh lebih rendah.

Atas argumen tersebut, maka dituailah berbagai protes. Termasuk gelombang demonstrasi (duh gelombang! Kesannya gimana gitu?) di banyak daerah. Hingga saat ini.
Bayangin aja kalo 150 juta penduduk Indonesia enggan membeli beras impor, apa kagak busuk tuh beras. Busuk kelamaan menimbun di gudang-gudang. Pedagang jadi males jual beras impor, akhirnya para pengusaha yang dah ngeluarin duit buat nyogok pejabat Departemen Perdagangan itu bakal rugi gede. Seru…. Seru…

Ok… ok… nggak 150 juta…

Hanya 50 juta….
Hhhm.. 10 Juta?
Oh… 2 juta deh….
Iya… Iya… 100 orang!
Ya udah cuma saya sendirian!
Tapi tetap aja seru mikirin ide seperti ini, daripada panas-panas demonstrasi, mana haus lagi teriak-teriak di depan orang “tuli”.

Gimana?

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home